Masjid Pusaka

  - (Ditulis tanggal 24 September 2023) - 


Masjid antik ini hampir 100% dibuat dari kayu ulin. Kayu yang sudah langka dan sekarang dilindungi itu. Kayu yang kokoh, yang bahkan jika terendam air pun tetap kuat. Pada jamannya, kayu ini menjadi bahan baku untuk rumah-rumah penduduk. Termasuk untuk bahan bangunan masjid ini, dari lantai hingga atapnya.
Namanya Masjid Su'ada. Terletak di Desa Wasah Hilir, Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Yang ibukotanya bernama Kandangan itu, dengan kuliner khasnya: Ketupat Kandangan. Yang bagi seorang profesional, menyantapnya dengan cukup pakai tangan.
Ini tentu menjadi salah satu Masjid Pusaka di Bumi Banua, yang terus dijaga kelestariannya. Yang tentu saja memiliki kisah keramat dan keyakinan akan keutamaan yang tetap terpelihara.
Tak ada niat awal untuk mampir sholat di Masjid itu, tetapi rupanya Tuhan menuntun saya untuk bisa ruku' dan sujud di Masjid Pusaka ini.
Semua itu bermula dari perjalanan kami pulang dari Banjarmasin. Ada dua alternatif: lewat Martapura atau Batola. Dengan pertimbangan jalanan relatif sepi sehingga lebih lancar, kami memutuskan untuk lewat Batola, yang kemudian akan langsung tembus Kandangan. Sebagian besar jalanannya memang tidak terlalu lebar. Tapi perjalanan kami tetap lancar, karena tidak banyak mobil-mobil yang lewat. Dan tidak ada truk-truk besar, yang memang inilah kerap membuat kendaraan lain harus pelan-pelan.
Di sepanjang perjalanan saya berusaha melakukan pengamatan. Melewati daerah Batola, saya melihat kebun jeruk. Daerah inilah yang memasok jeruk lokal ke daerah lainnya di Banua. Di kulkas saya masih menyimpannya, yang biasanya saya peras dan meminumnya. Terasa manis dan segar.
Saya juga melihat tanaman padi yang sudah menguning dan sebentar lagi siap panen. Rupanya Batola juga menjadi salah satu lumbung pangan di Banua.
Setelah melewati daerah Margasari, kami melintasi daerah dengan kiri kanan berupa lahan gambut dan rawa yang sangat luas. Meski telah beberapa kali melewati daerah ini, saya masih penasaran dengan apa yang ada di lahan itu. Sepertinya tak ada tanaman pangan disitu. Yang ada hanya rumput ilalang. Beberapa areal nampak gosong karena kebakaran lahan. Bahkan masih ada asap dan api yang menyala.
Pertama kali melewati daerah itu, muncul pertanyaan di benak saya. Dari lahan ini apa yang bisa diperoleh manusia untuk hidupnya. Karena saya juga melihat beberapa rumah di pinggir jalan. Setelah melihat ikan-ikan kecil yang dijemur di depan rumah penduduk, saya kemudian terhenyak. Ternyata area gambut dan rawa itu, merupakan habitat ikan haruan, papuyu dan ikan lainnya. Pantas saja, ikan haruan Banua ini tak pernah ada habisnya.
Setelah beberapa jam perjalanan, kami melewati jalanan yang sedang dilakukan perbaikan dan pelebaran. Sebagai jalur alternatif, sudah sepantasnya jalanan dari Batola ke Kandangan itu diperlebar dan dibikin mulus. Apalagi ketika IKN nanti sudah jadi dan beroperasi. Masyarakat dari Kalteng khususnya dari Kabupaten Kapus dan sekitarnya yang ingin bepergian ke IKN, akan lebih cepat jika melewati jalur ini.
Sejatinya, tak hanya jalur Batola Margasari Kandangan yang perlu diperlebar, tetapi jalur utama dari Banjarbaru- Martapura- Rantau- Kandangan- Barabai- Paringin- Tanjung, juga perlu untuk terus diperlebar. Apalagi dengan berdirinya IKN. Apalagi dengan sebutan Kalsel sebagai gerbang IKN. Apalagi dengan sebutan daerah penyangga IKN, seperti Tabalong. Maka, infrastruktur jalan perlu menjadi perhatian agar waktu tempuh menjadi lebih singkat. Saat ini, saya lihat di beberapa tempat sudah mulai diperlebar.

Setelah melewati lahan gambut dan rawa itu, saya merasakan ada sesuatu yang sudah tidak sabar untuk dirilis. Kebetulan waktu sudah memasuki dhuhur. Saya ingin berhenti di salah satu masjid, yang ada di pinggir jalan. Ada dua kriteria masjid yang saya inginkan. Halamannya luas untuk parkir dan bersih toiletnya.
Maka, saya tak menduga, jika kemudian kami berhenti di Masjid Pusaka ini. Tentu saya senang. Ada pengalaman baru bagi saya bisa sholat di Masjid ini. Apalagi masjid tua dan antik ini biasanya punya keistimewaan. Seperti keyakinan: doa menjadi lebih mustajab. Yang tentu saja, saya tak melewatkannya. Setelah sholat jamak dhuhur ashar itu, saya melafalkan doa. Doa sapu jagat.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi