Memaknai Situasi

 - (Ditulis tanggal 18 Maret 2023) - 


Suatu waktu kami makan di satu rumah makan, dimana ketika kami masuk warung itu nampak sepi. Tak berapa lama kemudian, mulai berdatangan orang-orang untuk makan di warung itu.
"Lihat, gara-gara kita, warung ini jadi ramai," kata saya ke istri dan anak-anak.
Tentu kalimat itu saya ucapkan dengan nada guyonan, meski faktanya kami pioner di saat itu dan orang-orang mengikuti kami.
"Bapak sombong," celetuk Kakak.
Lalu biasanya saya akan bilang: "Bukan sombong, nih buktinya setelah kita disini, jadi banyak orang yang datang."
Yang ketika saya ngomong begitu, batin saya sebenarnya membenarkan bahwa saya sedang sombong, tapi saya enggan mengakui. Dan yang model begini, sepertinya banyak kita dapati di masyarakat.
"Kesombongan" seperti itu bukan hanya terjadi sekali dua kali, tapi memang kerap terjadi. Karena itulah, ketika kami berada di tengah situasi yang sama, anak-anak akan bilang: "Pasti Bapak akan bilang, gara-gara kita, tempat ini jadi ramai." Dan kemudian, kami pun tertawa.
Tentu, logika atau premis atau asumsi itu jelas keliru. Bukan kami yang membuatnya jadi ramai atau membuat orang-orang berdatangan. Hanya saja, dengan cara itu setidaknya menjadi semacam mantra untuk meneguhkan keberadaan atau eksistensi kita pada situasi itu. Dan bagi kami itu menjadi manjur untuk semakin optimis menjalani kehidupan. Yang mana kalimat ini terdengar jelas: ngeles dan ngawur.. hehehe


Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi