Reaktif

--- (Ditulis tanggal 8 Agustus 2020) ---

Reaktif. Kata ini populer semenjak pandemi. Anehnya, pilihan antonimnya: non-reaktif. Mirip saat dulu SMP kita belajar antonim. Ketika kita bingung dengan kata yang tepat, jawabannya ditambah "tidak" di depan kata itu. Seperti "maju" lawannya "tidak maju", "naik" lawannya "tidak naik". Padahal yang tepat adalah mundur dan turun.

Proaktif. Sejatinya, inilah kata yang tepat sebagai antonim dari "reaktif". Saya mengenal kata Proaktif pertama kalinya di buku Seven Habitsnya Steven R Covey. Satu buku dan nama penulis yang mungkin akan terus melekat di pikiran. Saya membaca buku itu sekitar tahun 1996/1997. Semasa masih kuliah gratis dulu. Proaktif adalah satu diantara 7 kebiasan yang efektif dan sangat bagus untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam bekerja.
Dengan proaktif, kita menjadi merdeka memilih respon terhadap stimulus yang kita terima. Kata Covey: "ada jarak antara stimulus dan respon". Dan dengan jarak itu, kita bisa memilih reaksi kita. Saat ada omongan atau situasi yang membuat tidak nyaman, tidak otomatis sakit hati. Kata orang sekarang, ibarat kata: ga gampang tersinggung, ga gampang sakit hati. Karena selalu ada pilihan. Begitu pula dengan kritikan. Orang yang proaktif, membuat pilihan yang tepat bahwa kritikan untuk penyempurnaan, bukan sakit hati dan dendam.
Sebaliknya dengan reaktif. Orang yang reaktif cenderung tidak bisa memilih respon positif. Selalu hanyut dalam arus umum. Bahwa jika dicaci maki, otomatis akan sakit hati. Bahwa jika dimarahi, juga dengan cepat akan sakit hati. Bila ada yang pamer prestasi atau pamer kedunawian, bawaannya langsung iri dengki. Itulah arus umum.
Orang yang reaktif juga cenderung kurang antisipatif. Ketika ada sesuatu yang terjadi, barulah dia bereaksi, bahkan tanpa persiapan. Maka, tindakannya sekedar memenuhi kewajiban.
Lalu, apakah non-reaktif berarti proaktif? Masih perlu tes berikutnya. Sebagaimana jika reaktif belum tentu positif.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi