Masa Bodoh

Pernahkah Anda resah dengan anggapan atau omongan orang lain terhadap diri Anda? Yang orang lain itu bisa atasan, bawahan, saudara, teman, tetangga atau komunitas kita. Yang keresahan itu membuat kita overthinking dan stres. Yang karena kuatir dengan persepsi orang itu, lalu membuat kita berusaha meyakinkan mereka atas sesuatu. Yang kegelisahan atas persepsi orang itu, membuat kita menjadi tidak nyaman dan tidak bahagia. Dan seterusnya.

Hampir semua orang mengalaminya. Apalagi bagi mereka yang berambisi karir, dimana ingin selalu dianggap positif dan perform oleh pimpinan. Apalagi juga bagi mereka yang pengen selalu dianggap baik oleh teman-temannya. Termasuk mereka yang takut dibulli, takut dibilang kuno, ndeso, takut distigmakan dengan sebutan-sebutan negatif lainnya.
Itulah yang sebagian besar terjadi pada diri kita. Dimana ketakutan akan persepsi orang, anggapan buruk pada kita, telah membebani pikiran dan membuat kita tidak nyaman.
Jika hal itu tidak menjadi soal dan terus menerus mengalaminya tidak membuat diri kita sakit, sudah barang tentu kita tidak perlu menghilangkan kekhawatiran itu. Lanjutkan. Teruskan saja untuk tetap mengalaminya. Toh, katanya baik-baik saja.
Namun, jika hal demikian itu telah menjadi sumber stres setiap saat dengan ketidaknyamanan dan mempengaruhi fisik kita, maka perlu segera mencari obat atau solusi.
Lantas, apa obatnya?
Tentu, kita tak bisa mengendalikan omongan atau persepsi atau penilaian orang atas diri kita. Kita juga tak bisa memastikan hasil akhir dari segala ikhtiar maksimal yang kita lakukan. Jadi, karena kita tak bisa mengendalikan segala hal yang berada diluar kuasa kita, maka kita tak perlu fokus pada hal itu. Tak perlu melanggengkan otak dan batin untuk memikirkan dan merasakan itu. Acapkali bersikap masa bodoh pada segala hal diluar kuasa kita, membuat kita lebih tenang.
Sebaliknya, kita fokus saja pada sesuatu yang memang berada dalam kendali kita. Bukankah kita lebih baik fokus meningkatkan kemampuan, kompetensi, softskill, hardskill, terus belajar, tak berhenti mengasah gergaji, membiasakan diri dengan habit yang baik dan sehat, lalu mengimplementasikannya dalam setiap tugas dengan sebaik-baiknya, dengan secepat-cepatnya, dengan seikhlas-ikhlasnya, dengan lebih kreatif dan inovatif? Yang semua itu ada dalam kendali kita.
Begitulah. Bahkan sejatinya pikiran dan perasaan itu berada dalam kendali kita. Maka, kita bisa mengarahkan pada hal-hal yang positif, bukan malah membiarkan hanyut dalam ketersinggungan, kejengkelan, kemarahan, kesedihan dan pikiran atau perasaan negatif lainnya.
Hadirnya rasa sedih, tidak nyaman dan tidak bahagia terdapat pada perasaan kita. Maka, mengendalikan perasaan adalah kuncinya. Bahwa apakah perasaan kita akan tenggelam dalam kesedihan, stres dan ketidaknyamanan adalah sangat tergantung pada kita sendiri. Ini yang barangkali orang tidak terlalu menyadari.
Banyak orang yang tahunya kalau diomelin, ya sakit hati. Kalau dimarahi, ya dendam, merasa tidak terima. Kalau dighibahi, ya tersinggung. Kalau disalahkan jadi tidak happy, jengkel. Pokoknya, setiap ada stimulus negatif, secepat kilat itu pula perasaan atau respon kita menjadi ikut negatif. Alias baper.
Padahal, ada gap antara stimulus dan respon. Yang mana gap atau jarak itu memberi kesempatan kita untuk memilih respon kita sendiri. Artinya apakah respon itu negatif dan positif, kita sendiri yang menentukan, yang mengendalikan. Bukan otomatis.
Bagaimana menciptakan jarak antara stimulus dan respon?
Mengubah paradigma atas setiap masalah yang kita hadapi, adalah jawabannya. Kita mencoba melihat satu persoalan dari cara pandang yang berbeda, cara pandang yang tidak seperti biasanya, yang tidak umum, yang lebih positif.

Seperti kuliner bubur ini. Bubur yang tidak seperti biasanya. Bubur Daging Sapi. :D

*) Ditulis tanggal 26 Mei 2022

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi