Merebut Kembali Kursi Host

 --- (Ditulis tanggal 5 Juli 2020) ---

Kadang. Atau malah sering. Sesuatu yang baru, yang kita belum tahu detilnya acapkali menimbulkan hal yang lucu. Walau kelucuan itu baru hadir setelah semuanya berakhir.
Ketika peristiwa itu berlangsung memang bukan hal yang kocak. Atau belum bisa membuat kita terbahak. Justru yang timbul saat itu adalah rasa jengkel, bersalah, menyesal, malu dan bercampur bingung tak tahu apa yang mesti dilakukan. Dan itu terjadi karena ketidaktahuan kita akan barang baru itu.
Suatu hari kami punya hajatan webinar dengan peserta dari berbagai daerah di provinsi ini. Seperti yang sedang tren, kami menggunakan media zoom meeting.
Layaknya aplikasi lain, zoom memiliki pengaturan beserta rule khas yang dijalankan. Termasuk apa yang diistilahkan "host".
Pagi itu petugas admin zoom yang sehari-hari sebagai host dalam setiap meeting, menelepon dan memberitahukan bahwa ia terlambat tiba di kantor. Karenanya, ia menyerahkan jabatan host dalam webinar yang akan kami laksanakan, kepada tim kami.
Tepat setengah jam sebelum webinar berlangsung, kami bertiga sudah bersiap di dalam ruangan divisi kami dan mulai menjalankan serta memanage zoom. Salah seorang diantara kami bertugas selaku host. Dialah yang kemudian mengatur dan mengijinkan para peserta yang join meeting, bergabung dalam webinar.
Mendekati pukul 09.00 kami harus berpindah ruangan. Sesuatu yang kami anggap bukan masalah.
Kami pun segera mengemasi dan mengevakuasi peralatan laptop ke ruang lain yang berjarak sekitar 100 meter. Jadi, kami tak perlu naik sepeda seperti marak belakangan ini, dan tetap konsisten dengan cukup jalan kaki.
Setibanya di ruangan itu, kami melakukan pengaturan kembali wifi untuk koneksi internet. Kami pun harus kembali sign in zoom dari awal karena ketika mutasi ruangan itu jaringan internet kami terputus. Sebelumnya kami memakai wifi di ruangan divisi kami.
Lalu, kekacauan itu terjadi. Kami tak bisa lagi bergabung dalam webinar. Kami harus mendapat ijin dari host, padahal kami tak tahu lagi siapa yang menjadi host. Karena putus jaringan, rekan kami yang tadi menjadi host telah terlucuti jabatannya selaku host. Dampak fatal yang belum kami ketahui sebelumnya.
Siapa yang kemudian menjadi host? Dari perangkat laptop yang sebelumnya sudah ada di ruangan itu dan telah terhubung webinar diketahui host telah berpindah ke peserta dari satu daerah di ujung barat wilayah ini. Masalahnya peserta ini atau orang ini atau participants ini tak tahu ia mendapat jabatan baru sebagai host.
Sementara itu, waktu telah menunjukkan pukul 09.00 dimana acara webinar dijadwalkan dimulai. Banyak peserta yang sudah resah dan menghubungi kami karena belum juga diijinkan oleh host bergabung dalam webinar. Kami kelimpungan meminta bantuan sana sini. Tapi responnya tak selekas yang kami harapkan. Lantas kami berusaha menghubungi peserta yang mendadak jadi host itu.
Ketika kami sudah mendapatkan nomor kontak peserta dari ujung kulon wilayah ini, tiba-tiba host berpindah ke peserta dari daerah lain. Kami kembali berburu nomor kontaknya. Kami meneleponnya dan menyampaikan agar jabatan host yang ia dapat tanpa sengaja itu diserahkan kembali kepada kami.
Ada ungkapan: "Jangan memberikan jabatan kepada orang-orang yang memintanya dan tidak juga kepada orang yang ambisi terhadapnya".
Dan benar. Peserta dari daerah itu betul-betul mengamalkan ungkapan itu dan justru jabatan host diserahkan kepada orang lain.
Namun sejatinya bukan karena ungkapan itu yang merupakan nukilan dari Hadits Nabi. Peserta itu tentu tidak terlalu paham dengan menu dan fitur yang ada di zoom, meski sudah kami pandu.
Lagi-lagi, kursi host berpindah. Celakanya, nama orang atau peserta itu menggunakan kode yang tidak bisa kami lacak asal usulnya. Kadang ini juga terjadi, kita tak tahu apa prestasi dan track recordnya, tapi tiba-tiba ybs mendapat durian runtuh untuk duduk dalam satu jabatan yang diperebutkan.
Dalam kondisi nyaris putus asa merebut kembali posisi host itu, datanglah bantuan dari sang "baureksa" alias admin zoom. Dengan segala kekuatan yang ada ditangannya, ia ambil jabatan host dan menetapkan kembali rekan kami sebagai host.
Memang. Pada saat kita telah dengan segenap tenaga dan pikiran berikhtiar, hampir putus asa, hanya berpasrah diri yang bisa kita lakukan. Inilah yang barangkali disebut tawakal. Lantas, pertolongan itu datang.
Alhamdulillah, acara webinar kemudian berlangsung hingga akhir dan kondusif tanpa ada lagi kudeta host. Yang lantas ketika kami mengingat kembali peristiwa itu, kami menjadi terpingkal-pingkal. Kami menertawai diri kami sendiri.
Begitulah. Bagaimanapun tugas yang sudah kita emban yang tanpa sepengetahuan dan tidak secara sah berpindah kepada orang lain, harus kita perjuangkan dan rebut kembali. Sebab tugas dan jabatan itu menjadi amanah dan tanggung jawab kita yang mesti dijalankan dengan sebaik-baiknya dan dalam tempo yang ketika kita merasa nyaman, ingin berdiam di kursi itu selamanya.
Camkan!

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi