Sebab Terakhir

 --- (Ditulis tanggal 26 April 2020) ---

Dari membaca novel "Dunia Sophie", saya sudah melewati bagian yang membahas tentang pemikiran Aristoteles. Ia adalah murid Plato, dimana Plato adalah murid Socrates.
Pada bab Aristoteles, ada bagian yang menarik minat saya. Untuk membacanya beberapa kali dan mencernanya. Benar, acapkali bertambahnya umur mempengaruhi kecepatan kita untuk memahami teks dan konteks. Meski, tidak sedikit diantara kita yang belum bisa menerima kenyataan bahwa manusia itu terus menua. Lalu, kita pandai menutupi fakta itu dengan terus memantrai diri dengan kata-kata: selalu berjiwa muda. Hingga kemudian, terjerembab sendiri pada situasi: kemauan tinggi, kemampuan ngos-ngosan.
Mengapa hujan turun? Itulah bagian yang saya baca berulang-ulang itu. Dan sekarang saya menulisnya. Hujan turun karena uap di awan mendingin dan memadat menjadi titik-titik air hujan yang berjatuhan ke bumi karena adanya daya tarik bumi. Dari jawaban itu, terungkap adanya 3 sebab. Pertama, sebab material, bahwa uap atau awan ada di sana pada saat yang tepat ketika udara mendingin. Kedua, sebab efisien, bahwa uap mendingin. Ketiga, sebab formal, bahwa bentuk atau sifat air adalah jatuh ke bumi.
Bagi Aristoteles, masih ada satu sebab lagi. Bahwa hujan turun karena makhluk hidup membutuhkan air agar dapat tumbuh dan berkembang. Inilah yang ia sebut sebagai "sebab terakhir". Ia memberikan pada air hujan itu suatu tugas kehidupan atau tujuan.
Meski dari sebagian kita tidak sepakat dengan pandangan Aristoteles ini, tetapi kita bisa gunakan rumusan di atas untuk mengamati fenomena yang terjadi saat ini. Mengapa ada wabah corona?
Pertama, corona adalah virus yang mampu membuat manusia menderita sakit hingga kematian. Anggap ini sebagai sebab material. Kedua, belum ditemukan obat atau vaksin anti corona. Sebut saja ini sebagai sebab efisien. Ketiga, bentuk corona kasat mata dan mudah menyebar melalui hubungan jarak dekat antar manusia atau media lain yang digunakan, disentuh banyak orang. Kita bisa katakan yang ketiga ini sebagai sebab formal.
Lalu, bagaimana dengan sebab keempat atau sebab terakhir seperti gagasan Aristoteles. Adakah tugas kehidupan yang diberikan kepada virus corona ini? Atau adakah tujuan menyebarnya wabah corona ini?
Kita kerap membaca kalimat "hikmah dibalik virus corona" atau kata-kata lain semacam itu. Tapi, apakah itu sebanding dengan penderitaan yang diakibatkan wabah ini? Apakah dengan menyebut-nyebut hikmah itu, lalu kita berpikir: ya sudah, biarkan saja wabah corona ini, toh ada juga hikmahnya.
Itulah yang barangkali disebut sebagai cara manusia untuk terus bertahan di tengah keputusasaan menghadapi keadaan. Atau sejatinya itu sebagai bagian dari cara kita menertawakan kondisi saat ini. Sebagai hiburan, selingan dari berita dan informasi yang menyesakkan dada. Agak kita tidak makin stres dan marah dengan keadaaan.
Lalu, apa sebab terakhir dari pandemi ini? Saya kira setiap orang memiliki jawabannya sendiri. Mungkin dulu, ada suami yang jarang di rumah dengan segala kesibukannya bekerja di luar atau di kantor, dimana sekarang bisa terus-menerus bersama keluarganya di rumah. Atau sebaliknya ada sebagian yang tertahan tidak bisa pulang bertemu keluarga hingga merasakan rindu yang sangat, lalu melampiaskan energi rindu itu pada hal-hal yang positif. Yang dulu, tak sempat baca Quran, kini, baru hari ketiga puasa sudah khatam Quran. Yang dulu, tak punya waktu menghafal juz amma, sekarang hafalannya sudah merambah ke juz lainnya. Atau para pimpinan menjadi makin sadar untuk tidak hanya membekali diri dengan kemampuan manajerial, tetapi juga membekali diri dengan kemampuan teknis di saat anak buah sulit dihubungi karena tidak bekerja di kantor. Percayalah, dalam situasi yang serba terbatas, manusia biasanya makin kreatif dan solutif.
Tentu, paragraf di atas, belum menjawab pertanyaan tentang sebab terakhir. Butuh sebuah permenungan untuk menemukan jawabannya. Atau jawaban itu baru akan ketemu setelah pandemi ini selesai. Meski, diantara kita mungkin sudah mulai merangkai kata-kata seperti ini: wabah corona hadir untuk menyadarkan manusia bahwa betapa rapuhnya manusia dengan segala yang mereka miliki, lalu tersadar untuk kembali sepenuhnya kepada Tuhan sembari terus berikhtiar.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi