Turis
- (Ditulis tanggal 24 Juli 2022) -
Ketika di sebuah pasar lokal, dimana orang-orang di pasar itu sudah saling kenal, kemudian melintas seorang turis, apa yang akan terjadi?
Nyaris semua mata akan tertuju pada turis itu. Orang baru dengan perawakan dan mungkin dengan dandanan yang berbeda dari umumnya warga disitu, sudah tentu akan menarik perhatian.
Apalagi tiba-tiba turis itu masuk ke sebuah kedai, memesan makanan, lalu dengan santainya menikmati sarapan. Yang tak berapa lama kemudian, beberapa warga lokal berdatangan ikut memesan makanan di kedai itu. Yang orang-orang itu lalu memperhatikan atau melirak-lirik turis itu.
Lantas, apa respon sang turis saat ia sadar banyak mata tertuju padanya? Barangkali ia akan tersipu malu, lalu berusaha bersikap sopan, menyapa orang-orang dengan kata-kata yang umum. Lalu, ia akan segera pergi setelah selesai urusannya.
Diantara kita tentu ada yang mengalami hal serupa turis itu. Masuk ke sebuah lingkungan baru dan menarik perhatian banyak orang.
Dan pagi tadi, saya mengalaminya. Untuk ke sekian kalinya. Seorang diri, yang asing dalam sebuah aktivitas ekonomi warga di pesisir sungai.
Terlihat gampang. Tapi, barangkali tak semua orang bisa melaluinya dengan baik. Apalagi, jika hanya seorang diri.
Maka, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru menjadi penting. Informasi atas lingkungan baru tentu juga akan membantu kita untuk bisa membawa diri dengan baik.
Nah, kebijakan mutasi antar unit eselon satu menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap pegawai untuk menjadi turis di lingkungan barunya. Namun, seharusnya hal itu hanya terjadi di awal penugasan.
Bagaimanapun selamanya menjadi turis akan terlihat aneh. Karena itu, berbagai terobosan "naturalisasi" perlu dilakukan agar setiap "turis" di unit eselon I barunya, segera menapakkan kaki, berdiri dengan jejeg dan mempribumi.