Paliat Bermakna

 - (Ditulis tanggal 23 Februari 2025)  - 

Kebangetan. Sudah dua tahun disini, baru menulisnya. Entahlah, ngapain aja selama ini. Padahal dulu pernah berjanji -meski dalam hati- akan menulis setiap hari. Seperti Pak DI. Walakin, janji tinggal janji. Padahal kurang contoh apa dari Pak DI. Yang tulisannya setiap pagi muncul di dinding FB saya. Yang kemudian saya membacanya. Yang belakangan ini, beliau sedang ada di Etiopia. Yang saya jadi berpikir, barangkali inilah yang menjadi bahan bakar beliau, sehingga tak pernah nihil satu hari pun dalam menulis. Apa itu? Anda sudah tahu. Jalan-jalan. 

Tapi, kurang jalan-jalan apa saya ini. Belahan provinsi manapun sudah pernah saya datangi. Itu dulu. Yang Jawa Tengah pun saya sudah kemput. Seluruh kabupaten/kota sudah saya injakkan kaki. Bahkan kini, seluruh kabupaten/kota di Banua ini pun sudah saya singgahi. Tapi, tak ada kata-kata yang terangkai menjadi satu tulisan tentang kota-kota itu. Kenapa? Rasa malas. Apalagi selain itu?

Syukurlah saya kembali ingat. Akan janji saya itu. Untuk menulis setiap hari. Yang akan saya coba mulai hari ini. Mungkin malam hari, sebelum beranjak tidur. Bismillah. Semoga konsisten.

Mari, saya lanjutkan uraian tentang paliat. Ini adalah kuliner khas Tabalong. Saya sering bilang ke tamu-tamu dari luar kota: “Belum ke Tanjung, kalau belum makan paliat.” Persis seperti belum ke Madiun kalau belum makan pecel. Atau belum ke Solo kalau belum mampir makan di…, atau belum ke Ponti kalau belum ngopi di…, dst. Maka, paliat ini hanya ada di Tabalong. Yang ibukota kabupaten Tabalong itu, namanya Tanjung. Anda obok-obok daerah lain di Kalsel, tak akan ketemu paliat.

Bayangkan piring berisi santan kental bersama potongan ikan yang direbus. Tepatnya, potongan ikan di piring disiram kuah santan kental. Ada beberapa pilihan ikan: patin, jelawat, baung atau bisa juga udang. Juga direbus. Anda mungkin membayangkan seperti opor. Betul. Walakin, paliat lebih kental. Katanya, paliat berasal dari kata kelapa dan liat alias kental. Nama paliat juga merupakan nama satu desa di Tabalong. Dan itu katanya desa dimana kuliner paliat ini berasal.

Bagi saya, yang membuat paliat semakin enak dimakan adalah pasangannya. Tanpa sambal dan lalapan, rasanya kurang “nyaman”. Kata orang sini untuk mengatakan nikmat. Tentu, tidak sembarangan sambal. Ada sambal khas yang menjadi pasangan dari paliat ini. Pokoknya begitulah. Anda bisa langsung lihat foto makanan paliat ini. Cek gugel atau YT. Sepertinya saya agak kesulitan untuk menggambarkan dengan kata-kata. 

Barangkali itulah yang masih menjadi kekurangan saya. Masih harus banyak belajar lagi untuk menuliskan deskripsi atas suatu benda atau peristiwa. Deskripsi yang bagus akan membuat pembaca paham dan merasa mengalaminya sendiri. Bagaimana caranya? Dengan banyak membaca, sehingga menemukan banyak contoh. Yang tentu saja itulah kebenarannya. Agar bisa menulis, ya kuncinya memang harus banyak membaca buku. Masalahnya sekarang, orang yang membaca buku rasanya tinggal sedikit. Lebih banyak yang skrol tiktok, IG atau youtube. 

Tapi, sebentar… Memangnya sekarang ini membaca dan menulis itu masih relevan? Kalau tujuan membaca untuk bisa menulis, sekarang ini sudah ada AI. Ada chatgpt, ada deepseek, dll. Kalau sudah disanggah dengan AI begini, saya tak bisa berkata-kata lagi. Karena memang kenyataannya seperti itu. Apapun semua jenis pekerjaan terkait menulis, sudah bisa dikerjakan semuanya oleh AI. Jika anda berkata: masak sih? Ya itu karena anda belum pernah mencobanya. 

Lantas, buat apalagi kita menulis sendiri?

Karena ada sesuatu yang tak bisa kita dapatkan dari menulis dengan AI. Yang barangkali itu hanya bisa dirasakan ketika anda berhasil menulis. 

Begitulah. Bagaimanapun kata Viktor Frankl itu benar. Manusia itu perlu mencari makna. Salah satunya dengan menghasilkan karya.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi