Walking home kantong sampah

 - (Ditulis tanggal 24 Februari 2025) - 

Sekonyong-konyong saya ingin menulis banyak hal. Atas apa yang saya lihat, saya alami, saya pikirkan, saya baca, saya dengar. Atau tentang isu-isu yang sedang panas, atau segala hal yang menurut saya butuh atensi. Artinya, sebenarnya saya punya bahan baku. Tinggal menuangkan saja dalam tulisan. Barangkali saya belum selesai dengan diri saya sendiri. Masih terus berperang melawan rasa malas. Atau melawan sebuah alasan yang bernama tidak mood. 

Anda mungkin belum tahu. Saya punya habitus baru. Pulang kantor jalan kaki. Ketika hari tidak hujan. Saya perkirakan pas maghrib tiba di rumah. Jaraknya sekitar 3 km, saya tempuh kurang lebih 30-40 menit. Lumayan, sudah bisa berkeringat. Memang belum sampai 6.000 langkah. Tak apalah, daripada tidak sama sekali. 

Ada pemandangan menggelitik ketika melewati jalanan yang saya pilih untuk walking home. Saya melihat kantong-kantong berisi sampah di pinggir jalan. Sepertinya ada orang yang menaruh disitu. Saya tak habis pikir, kenapa membuang sampah di pinggir jalan. Saya mencoba bersimulasi. Barangkali, orang itu dari rumahnya naik sepeda motor membawa sampah untuk dibuang ke tempat sampah. Mungkin karena lokasinya jauh, pas di jalanan itu ia celingak-celinguk “oh sepi, tak ada orang”, lalu dia tinggalkan kantong sampah itu di pinggir jalan. Jalanan itu memang agak jauh dari pemukiman, kanan kirinya kebun. Entahlah apa yang ada di benaknya. Mungkin dia berharap ada orang lain yang baik hati, mengambil sampah itu, lalu membuangnya. Atau dia berharap ada truk sampah yang akan lewat dan memungutnya. 

Celakanya, tak hanya di jalanan itu. Yang ada kantong-kantong sampah. Di jalanan yang lain juga sama. Saya melihatnya. Suatu ketika. Tepatnya di jalanan yang jauh dari pemukiman, yang kanan kirinya perkebunan. Saya prihatin melihat ini. Sepertinya tidak ada yang peduli. Satu sisi, si pembuang sampah tidak disiplin, dengan membuang sampah sembarangan. Di sisi lain, ia mungkin kesulitan mencari tempat sampah terdekat. Akhirnya ditinggal di pinggir jalan. Barangkali, kalau di dekat rumahnya ada sungai, sampah itu akan ia lempar ke sungai. 

Soal sampah ini kelihatannya sepele. Walakin, jika terus dibiarkan, lama-lama akan menjadi masalah besar. Jika tidak segera dicarikan solusi, ya masyarakat sendiri yang akan menerima konsekuensi. Dan anda sudah tahu, apa solusinya. Tak perlu saya ajari. 

Minggu lalu ada webinar tentang Tantangan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Saya coba menyimak. Narasumber dari Bappenas itu menyampaikan materi. Diantaranya data tentang capaian pilar pembangunan lingkungan.  Salah satu indikator yang digunakan adalah timbulan sampah yang didaur ulang. Disampaikan bahwa tahun 2023, targetnya 11,89% dan tercapai 18,17%. Artinya: terpenuhi dan bahkan melampaui target. 

Tapi, sampah masih menjadi persoalan utama di perkotaan. Kata narasumber. Tidak ada perubahan mindset. Pemda saat ini masih: kumpul-angkut-buang. Tidak ada pemikiran bahwa sampah itu harus dipilah, diolah dan dipasarkan. Tidak ada. Tegas narasumber. Yang ada kumpul-angkut-buang. Walau sudah ada sampah yang didaur ulang, tapi harus tetap hati-hati, karena di daerah sudah menjadi persoalan sistemik. Katanya. 

Ini tentu menjadi peringatan bagi kita. Bahwa sampah perlu ditangani dengan serius. Karena sampah juga terkait dengan sanitasi. Jika sampah sudah mencemari air yang menjadi kebutuhan masyarakat, maka yang rugi juga kita semua. Bahkan narasumber itu bilang, bahwa hal-hal yang terkait dengan sanitasi, limbah, sampah, keliatannya kita perlu mendapat sedikit jeweran. Artinya, ini menjadi persoalan serius yang perlu segera diatasi. 

Bagaimanapun kita harus ingat, bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan itu butuh pelaksanaan, bukan hanya sekedar ucapan. 

Begitulah. Sudah saatnya semua pihak berbenah. Untuk serius mengelola sampah.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi