KUR malam minggu

-(Ditulis tanggal 26 Februari 2025)-

Kemarin, saya seharian mengikuti re-assesment. Saya terakhir ikut assesment tahun 2021. Karena itu, barangkali organisasi merasa perlu untuk memperbaharui profil kompetensi saya. Karena sebelum pelaksanaan assesment saya sudah teken pakta integritas, maka tak mungkin saya menceritakan apa saja yang saya ikuti. Dan hal apa saja yang terjadi secara detil. Anda tidak perlu kecewa. Toh, suatu saat mungkin anda akan mengalaminya juga. Intinya: sesuai saran dari assesor, tunjukkan hal terbaik dari apa yang kita miliki: kompetensi, prestasi dan capaian kinerja. Kalau biasanya anda bertindak low profil, rendah hati, tawadhu’, jangan lakukan di kesempatan ini. 

Karena itu, saya ingin menulis tentang hal lain. Tentang KUR. Bila anda belum tahu kepanjangannya, kebangetan. Tepatnya cerita tentang upaya saya menulis perihal KUR. Sudah lama saya ingin menulisnya. Setelah semua tema yang saya kuasai, sudah saya tuliskan semua. Mulai dari kinerja TKD, APBD, APBN, termasuk digitalisasi pembayaran. Sudah semua. Dana desa apalagi. Sudah banyak. Terakhir saya menulis tentang strategi meraih WBBM. Tahun lalu, alhamdulillah unit saya berhasil meraihnya. Yang tentu membanggakan dan patut untuk dishare. Strateginya. 

Maka, malam minggu lalu saya menguatkan tekad untuk menulisnya. Malam minggu? Ya, memang terdengar aneh. 

Seperti biasa saya mencari trigger, mengapa KUR ini penting menjadi perhatian. Kebetulan pada tanggal 17 Februari lalu, Presiden menyampaikan kebijakan pendorong pertumbuhan ekonomi, diantaranya optimalisasi KUR. Inilah yang saya jadikan prolog. Lalu, saya tambahkan bahwa sebelumnya saya juga kebetulan -meski di dunia ini tiada yang kebetulan- diundang Pemda hadir dalam rapat TPAKD. Di kesempatan itu saya menyampaikan masukan agar optimalisasi KUR menjadi program kerja TPAKD tahun 2025. Itu sebagai pendahuluan. Apa itu TPAKD? Silakan cek gugel. 

Saya kemudian lanjut ke analisis data. Dan kebetulan juga, beberapa hari sebelumnya, Kanwil mengirimkan buletin yang di dalamnya terdapat data realisasi KUR tahun 2024. Di provinsi ini. Nah, inilah yang menjadi bahan baku untuk membuat analisis dan menyusun insight. Saya berusaha menarasikan data-data yang ada dengan kalimat yang mudah dipahami. Menurut saya. 

Setelah  menuliskan analisis data KUR secara umum, lanjut ke KUR sektor pertanian. Mengapa? Karena saya ingin mengaitkan KUR dengan ketahanan pangan. Yang itu menjadi tema tulisan. Dan pasti terkait dengan sektor pertanian. 

Saya cek realisasi KUR untuk sektor pertanian. Ternyata masih ada peluang untuk lebih optimal. Saya juga coba kaitkan dengan struktur PDRB di provinsi ini, dimana pertanian berdiri di urutan kedua setelah lapangan usaha pertambangan. 

Lantas, saya menulis pernyataan, yang intinya bahwa optimalisasi KUR ini akan mampu mendorong kesejahteraan petani, NTP dan mendukung ketahanan pangan. Bagaimana agar KUR optimal? Inilah yang kemudian menjadi rekomendasi di tulisan itu. Baik itu rekomendasi ke pemerintah pusat, ke perbankan, terutama ke pemda. Karena memang tujuan utama tulisan ini adalah pemda. 

Di tengah-tengah asyik menulis, tiba-tiba ada share di WAG berisi data KUR sampai dengan data terkini. Kok bisa konek dengan apa yang saya tulis?  Nyaris saja saya mau pamer kalau saya sedang menulis tentang KUR. Saya sudah skrinsut pendahuluan tulisan, dan menuliskan caption di WAG, tapi buru-buru saya cancel. Iya kalau terbit, jika tidak? Malu! 

Kenyataannya, artikel itu selesai saya tulis. Seperti biasa, saya tidak langsung mengirimnya ke media. Saya mesti baca ulang. Tapi, tidak malam itu. Saya memutuskan untuk membacanya besok. Barangkali setelah tidur malam, pikiran lebih fresh dan dapat insight lagi. Dari mimpi. Barangkali. 

Alhasil, setelah beberapa kali membaca dan proses editing, artikel itu telah siap dikirim. Yang seperti biasa kemudian saya kirim via email. Saja. Tanpa menelpon redakturnya. Karena saya juga tak punya kontaknya. Tapi, saya punya keyakinan, tulisan tentang KUR ini bisa segera terbit di koran dan websitenya. Andai saja rubrik opini di hari Senin itu tidak diplot khusus untuk tulisan Pak Rektor, mungkin artikel saya itu bisa terbit di hari Senin. 

Begitulah. Bagaimanapun feeling saya benar. Selasa pagi itu, tulisan saya sudah nongol di koran regional. Dan juga di webnya. Alhamdulillah. Semoga bermanfaat.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi