Simbiosis Senior-Yunior

 --(Ditulis tanggal 4 Juni 2022)--

Cerita film Top Gun baru-baru ini bisa merefleksikan kondisi lingkungan kerja. Terutama pada bagian bagaimana membangun tim yang kompak antara generasi senior dengan para yunior.
Kuncinya, tim solid beda generasi itu mesti dibangun berdasar pondasi kompetensi dan kemampuan setiap elemen tim. Istilahnya, simbiosis mutualisme. Bukan sebagiannya menjadi parasit. Kompetensi itu tidak harus sama dan pasti berbeda.
Seorang senior, rasanya sulit menyamai kegesitan dan kemampuan para yunior di bidang teknologi. Tapi, biasanya yang senior lebih kaya akan pengalaman. Ibaratnya, senior sudah beberapa kali naik pangkat, puluhan kali KGB, dan telah sekian kali beradaptasi dengan lingkungan, pimpinan dan tugas-tugas baru. Sepatutnya, pengalaman-pengalaman itu menjadi value atau nilai lebih bagi para senior.
Berkat banyaknya pengalaman dan didukung wawasan yang luas, seorang senior seyogyanya mampu menjadi visioner, yang bisa memprediksi segala kemungkinan yang terjadi di masa depan dalam ruang lingkup tugasnya. Dengan visi itu, dia bisa mengarahkan tim untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Itulah yang dicontohkan oleh Maverick. Dalam film Top Gun itu. Skill terbang yang ia peroleh dari banyaknya latihan, keberanian dan pengalaman, membuatnya lebih unggul serta menjadi modal untuk melatih para pilot muda. Dia mengetahui kemungkinan buruk yang akan terjadi, dan bagaimana mengatasinya. Yang karena skill itu pula, ia disegani oleh para yunior.
Menjadi senior tak juga mesti berpangku tangan. Menjadi senior tak menghalangi untuk ikut terjun dalam tugas yang memang membutuhkan skill yang dibangun dari pengalaman.
Seperti ketika Maverick -bersama beberapa anggota tim yunior- mendapat tugas dimana mereka harus menghancurkan gudang pengayaan uranium, yang hanya bisa dilakukan dengan terbang rendah serta melalui medan yang sangat berbahaya. Maverick memimpin langsung penugasan itu dan justru menjadi momen untuk semakin membuktikan kepiawaiannya.
Agar piawai pada satu bidang tertentu, selain memerlukan latihan, juga membutuhkan adanya pengalaman secara langsung. Yang bukan hanya sekedar membaca teori atau deskripsi, tapi juga harus benar-benar mengalami. Alias merasakan.
Seperti saat membaca atau mendengar narasi sebuah kuliner, kita masih akan sulit mengerti dan memahami bagaimana rasa nikmat yang didapat dari kuliner itu.

Karena itu, tak cukup hanya membaca atau mendengar informasi tentang rasanya, tetapi membuktikan rasa Mie Tiaw goreng yang terkenal itu menjadi wajib.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi