Andai Semua Das Des Sat Set

 - (ditulis tanggal 11 Juni 2022) -

Nampaknya mengejar target realisasi penyerapan anggaran triwulan II ini akan menghadapi tantangan. Terutama untuk belanja modal, yang sesuai reformulasi IKPA, target di triwulan II ditetapkan 40%.
Hampir setiap tahun tantangan penyerapan belanja modal ini selalu berulang. Tak saja pada belanja modal yang ada di satker K/L, termasuk DAK fisik -yang notabene merupakan belanja modal- juga menghadapi persoalan yang sama. Artinya, baik di satker K/L maupun pemda, masalah lambatnya penyerapan belanja modal sudah merupakan hal yang klise.
Atau jangan-jangan memang sudah menjadi nature-nya belanja modal. Setiap tahun pola penyerapannya selalu ajeg. Selalu landai di awal, lalu melonjak di periode triwulan IV, jika digambarkan dalam satu grafik.
Padahal, semua sudah sepakat, semakin cepat realisasi semakin baik. Alias, jika kegiatan belanja modal itu cepat dilaksanakan dan cepat selesai, tentu outputnya yang berupa infrastruktur bisa segera dimanfaatkan oleh masyarakat, yang outcomenya adalah peningkatan perekonomian rakyat.
Saya membayangkan, andaikan semua orang punya habit proaktif, das des sat set sat set, pasti semuanya akan beres.
Apalagi sebenarnya penelitian atau kajian tentang permasalahan penyerapan anggaran ini sudah banyak. Baik itu kuantitatif maupun kualitatif. Tapi entahlah, barangkali saran dan rekomendasi yang dihasilkan belum tokcer untuk mengatasi masalah itu.
Atau jangan-jangan persoalannya ya itu tadi: semua pihak yang terlibat, belum memiliki speed yang sama. Ada yang das des sat set, ada yang santuy, alias: "Kesuwen, Rek!"
Lantas, bagaimana dong menyikapi penyerapan itu?
Pertama, ada yang pasrah. Toh, sampai akhir tahun juga akan terserap. Kalau pun ada sisa kontrak, nanti juga akan direvisi dialihkan ke satker lain atau dikembalikan ke K/L. "Kendala ada di internal mereka, kita tak punya kewenangan sampai kesana," kira-kira begitu alasannya.
Kedua, ada yang tetap bersemangat mendorong percepatan. Ada dua jenis bersemangatnya: karena IKU dan karena kesadaran bahwa percepatan itu akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat, yang ujungnya adalah kesejahteraan rakyat.
Nah, saya atau Anda masuk kelompok mana?
Golongan pertama, yang pasrah, lantas tak melakukan apa-apa? Atau golongan kedua yang tetap bersemangat mendorong percepatan belanja, lebih karena IKU? Atau golongan kedua yang juga terus bersemangat ngoyak-ngoyak penyerapan karena adanya kesadaran akan pentingnya percepatan?

Barangkali setelah menikmati kuliner "Bubur Gunting" ini, saya menjadi tahu, sebenarnya saya masuk kelompok apa? :D

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi