Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

Perintis besar

-(Selasa, 19 Agustus 2025)- Menjadi perintis dan mewujudkan mimpi besar adalah sebuah perjuangan. Bagaimana mungkin Jeff Bezos, bersama istrinya yang sudah hidup nyaman dan berkecukupan dengan karier mapan di sebuah perusahaan, tiba-tiba memilih mengundurkan diri demi mewujudkan impiannya membangun toko buku online? Keputusan inilah yang kemudian melahirkan Amazon,com. Semua bermula dari informasi yang ia temukan mengenai perkembangan internet. Pada awal 1990-an, pertumbuhan pengguna internet mencapai angka persentase yang luar biasa. Bezos membaca data itu dengan cermat dan segera menyadari bahwa gelombang besar sedang datang. Menurutnya, peluang bisnis digital tidak bisa diabaikan, dan ia harus mengambil bagian di dalamnya. Awalnya ia menyampaikan gagasan toko buku online itu kepada pimpinannya di perusahaan. Namun, ide tersebut ditolak. Rasa kecewa yang dialaminya justru berubah menjadi bahan bakar tekad: jika orang lain tidak percaya, maka ia akan membuktikan sendiri. Dengan dukung...

Paradoks hidup

-(Senin, 18 Agustus 2025)- Pada akhirnya, hidup adalah paradoks. Barangkali hal itu muncul karena adanya berbagai perspektif yang berbeda, atau memang sudah menjadi sifat alamiah kehidupan itu sendiri. Sebagai contoh, ketika kita mencintai seseorang dengan sangat. Cinta adalah sesuatu yang indah: kita berusaha menjaga, membahagiakan, dan melindungi orang yang kita kasihi. Namun, pada satu kesempatan lain, justru timbul rasa protektif yang berlebihan. Alih-alih membahagiakan, sikap itu malah membuat orang yang kita cintai merasa tersiksa dan terkurung dari pergaulan luar. Maka, cinta yang seharusnya membebaskan bisa berubah menjadi belenggu. Contoh lain adalah dalam membentuk karakter disiplin. Kita membiasakan diri dengan rutinitas, pada jam yang sama setiap harinya. Kebiasaan ini berhasil membentuk konsistensi dan kedisiplinan. Namun, pada saat yang sama, kita juga menjadi seperti Sisifus—tokoh mitologi Yunani yang dikutuk untuk mendorong batu ke puncak bukit hanya untuk melihatnya ja...

Hakikat merdeka

-(Minggu, 17 Agustus 2025)- Hari ini, 80 tahun lalu, para proklamator memproklamasikan kemerdekaan bangsa ini dari penjajahan. Sejak itu hingga kini, kita masih kerap dengan lantang meneriakkan kata “merdeka”. Sebuah kata yang barangkali menjadi titik tolak bagi sebuah bangsa dan negara untuk berdaulat, membangun, serta menyejahterakan rakyatnya di atas harga diri bangsa sendiri. Sebuah kata yang menandakan bahwa satu bangsa tak lagi menderita karena ditindas oleh bangsa lain. Namun, barangkali secara lebih mendasar, kita bisa bertanya: apa sebenarnya hakikat merdeka itu? Apakah hanya semata-mata berarti secara fisik kita tak lagi berada di bawah kekuasaan pihak lain? Tak lagi ditindas oleh keinginan bangsa lain? Dalam arti ini, merdeka dipahami lebih sebagai relasi eksternal: kita tidak diperalat atau berada di bawah kontrol pihak lain. Hanya saja, jika dilihat lebih dalam, acapkali kita justru masih dijajah oleh keinginan kita sendiri. Ditindas oleh hawa nafsu kita sendiri untuk mela...

Hari berbeda

-(Sabtu, 16 Agustus 2025)- “Hari itu bukanlah hari ini”—sebuah kalimat yang diucapkan Ketua DPR pada sidang gabungan MPR, DPR, dan DPD kemarin. Kalimat ini terdengar sederhana, namun menyimpan lapisan makna yang cukup filosofis. Saya cukup terkesima mendengarnya, dan barangkali ini menjadi salah satu kalimat yang paling saya ingat dari pidato tersebut. Secara literal, mungkin kita sedang diajak untuk mengingat bahwa “hari itu” adalah momen lain—bisa di masa lalu, bisa pula di masa depan—dan jelas berbeda dari “hari ini.” Dua titik waktu ini tidak sama, baik secara kronologis maupun keadaannya. Secara reflektif, kalimat ini mengingatkan bahwa momen di masa lalu telah berbeda dari keadaan sekarang, baik dari segi perasaan, kondisi, maupun situasi. Tidak semua yang berlaku “hari itu” masih berlaku hari ini; perubahan adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Secara eksistensial, makna ini dapat dibaca sebagai ajakan untuk tidak mencampuradukkan kenangan dengan realitas saat ini. Kita tidak bi...

Rendah hati

 -(Jumat, 15 Agustus 2025)- Dalam sebuah acara sharing session tentang layanan yang kami gelar, narasumber menceritakan bahwa terkadang melayani orang dengan tingkat pendidikan rendah justru lebih mudah dibandingkan melayani mereka yang berpendidikan lebih tinggi. Mereka yang berpendidikan rendah biasanya lebih mudah menerima penjelasan. Sebaliknya, yang lebih berpendidikan sering kali memprotes atau membandingkan penjelasan dengan informasi yang mereka peroleh di internet. Akibatnya, perbedaan informasi ini kerap memicu perdebatan. Kenyataannya, hal ini cukup masuk akal. Orang berpendidikan biasanya merasa memiliki pengetahuan yang memadai atau setidaknya kemampuan untuk mencari informasi sendiri. Ketika informasi yang mereka terima berbeda dari yang mereka ketahui sebelumnya, muncul reaksi “kenapa berbeda?”. Sikap kritis seperti ini sebenarnya patut dihargai, karena menunjukkan keinginan untuk memastikan kebenaran. Namun, kadang sikap ini bergeser menjadi “sok tahu”, apalagi bila...

Pilihan berbeda

-(Kamis, 14 Agustus 2025)- Ketika subuh saya berangkat menuju langgar, beberapa kali saya berpapasan dengan seseorang yang—dari pakaiannya—terlihat akan berangkat ke masjid. Padahal, rumahnya tampaknya lebih dekat ke langgar yang saya tuju, sebagaimana rumah saya justru lebih dekat ke masjid tersebut. Gambaran ini menunjukkan bahwa saya dan orang itu memiliki preferensi yang berbeda, bahkan dalam urusan ibadah. Saya memiliki alasan untuk memilih berjamaah di langgar, sementara ia tentu punya alasan mengapa lebih memilih ke masjid. Berbeda meski tetap ada kesamaannya: sama-sama memilih tempat yang lebih jauh. Setiap orang memiliki pilihan masing-masing, sesuai dengan keyakinan dan kenyamanan yang ia rasakan. Pilihan itu bisa dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan maupun pengetahuan yang dimilikinya. Selain karena kami tidak saling mengenal, kami juga tidak berusaha membujuk atau memengaruhi agar orang lain mengikuti pilihan kami. Tidak ada saya yang mencegatnya lalu berkata, “Shalat ...

Gemes belanja

-(Rabu, 13 Agustus 2025)- Barangkali sampai kapan pun, kondisinya akan selalu sama: landai di semester I, melonjak di semester II. Apalagi di triwulan IV, khususnya bulan Desember, akan ada percepatan besar-besaran realisasi belanja daerah dari APBD. Pernyataan ini tentu bukan tanpa data. Meski tidak saya tulis di sini, silakan cek sendiri di portal APBD pada website DJPK. Ada daerah yang di semester I realisasinya bahkan di bawah 25%. Artinya, 75% sisanya akan terealisasi di semester II, yang menurut prediksi saya sebagian besar baru terjadi di triwulan IV. Para kepala daerah sebenarnya sudah sangat gemes dengan kinerja anggaran daerahnya. Namun, mereka tidak mungkin mengeksekusi sendiri. Eksekusi belanja daerah sangat bergantung pada perangkat birokrasi di bawahnya. Sebesar apa pun komitmen kepala daerah, sering kali mentok pada tantangan internal di daerah. Penyebab dan solusi terkait hal ini sudah banyak dibahas dalam jurnal, artikel, maupun kajian kebijakan, termasuk strategi akse...

Ego & uang

-(Selasa, 12 Agustus 2025)- Sebuah film Bollywood berjudul Ugly memotret sisi gelap manusia dengan tajam dan tanpa belas kasihan. Ceritanya sederhana, namun menohok: seorang anak kecil hilang di pasar. Alih-alih semua orang bersatu mencari dan menyelamatkannya, justru kesempatan itu dimanfaatkan untuk mengejar kepentingan pribadi. Ada yang dilandasi dendam masa lalu, ada pula yang semata-mata dibutakan oleh keinginan akan uang. Sepanjang cerita, penonton diseret masuk ke pusaran kebohongan dan tipu daya. Mereka saling mengelabui, memanipulasi, bahkan tega mengorbankan saudara atau sahabat demi tujuan sendiri. Hingga akhirnya, tibalah adegan yang mematahkan hati: sang anak ditemukan dalam keadaan terikat, tak lagi bernyawa. Meski itu hanyalah sebuah film, konflik dan perilaku yang digambarkan mencerminkan potret nyata kehidupan sehari-hari. Kita sering mendengar berita tentang orang yang menipu, memeras, dan mengkhianati sesamanya—semuanya demi uang. Inilah dua wajah gelap yang patut ki...

Misteri mimpi?

-(Senin, 11 Agustus 2025)- Apa itu mimpi? Sebuah dunia lain yang kita masuki setiap malam, atau sekadar sisa-sisa ingatan dan imajinasi yang berputar di panggung gelap otak kita? Apakah mimpi hanyalah bunga tidur—kosong dari makna—atau justru kunci menuju rahasia yang bahkan saat terjaga kita tak mampu pahami? Apakah setiap tokoh dan peristiwa di dalam mimpi adalah ciptaan kita sendiri, ataukah ada “sesuatu” yang mengirimkan mereka kepada kita? Apakah mimpi adalah ruang pertemuan jiwa—tempat kita bisa bertemu orang yang telah tiada, atau mereka yang belum lahir? Apakah kita dapat memilih mimpi kita seperti memilih pakaian—menentukan tempat, peristiwa, bahkan siapa yang hadir? Apakah mimpi indah dapat kita sambung di malam berikutnya, ataukah ia hanyalah tamu yang datang sekali lalu menghilang? Dan bila mimpi buruk datang, apakah itu peringatan, hukuman, atau hanya kebetulan semata? Apakah mimpi bisa saling terhubung antara dua orang, sehingga mereka “bertemu” di alam tidur? Bisakah dua...

Kekuatan kaya

-(Minggu, 10 Agustus 2025)- Dalam satu film Justice League (2017), ada dialog antara Barry Allen (The Flash) dan Bruce Wayne (Batman). Barry bertanya, “Apa yang menjadi kekuatanmu?” Lalu Bruce menjawab, “Aku kaya.” Kenyataannya, kekayaan itu memang memberikan kekuatan dan kedudukan sosial di tengah masyarakat. Bahkan dalam politik pun, kekayaan dapat menjadi modal penting. Dengan kekayaan, seseorang hampir bisa menginginkan apa pun di dunia ini. Oleh karena itu, setiap orang ingin menjadi kaya. Itu dilakukan dengan bekerja dan berinvestasi. Bahkan ada yang menempuh jalan kotor atau melawan hukum. Hanya saja, tak semua orang menjadi kaya. Salah satu penyebabnya adalah faktor struktural—ketimpangan ekonomi, akses terbatas terhadap sumber daya, atau kebijakan yang belum efektif. Faktor ini terus-menerus menjadi tantangan dalam setiap pemerintahan. Apakah selama ini tak ada solusi dan aksi? Tentu saja sudah. Namun, mengatasi persoalan ini tidak seperti membalikkan telapak tangan, apalagi s...

Strategi muslihat

-(Sabtu, 9 Agustus 2025)- Karena setiap orang tidak mampu membaca pikiran orang lain, yang bisa dilakukan hanyalah menebak, menduga, atau berprasangka. Namun, semua itu tidak pernah bisa dijamin kebenarannya. Kesadaran bahwa pikiran dan rencana kita tersembunyi dari orang lain membuat manusia terdorong menyusun strategi. Terkadang strategi ini digunakan untuk tujuan positif, tetapi tidak jarang pula menjadi alat untuk mengalahkan atau menjatuhkan pihak lain. Di sinilah sering muncul permainan tipu muslihat — sebuah pertarungan tak terlihat, di mana masing-masing pihak berusaha mengambil keuntungan. Kadang, permainan ini begitu rumit sehingga hanya bisa terungkap setelah semua peristiwa selesai, dan motif para pelaku terkuak. Kita bisa melihat gambaran ini dengan jelas melalui film-film. Dalam The Thomas Crown Affair, misalnya, seorang wanita bernama Catherine Banning, seorang penyelidik asuransi, berusaha mendekati Thomas Crown untuk memanipulasinya demi mengungkap lokasi lukisan yang ...

Jumat istimewa

-(Jumat, 8 Agustus 2025)- Di sini, setiap Jumat Subuh terdapat amalan yang berbeda jika dibandingkan dengan daerah di kampung saya. Ketika sholat Subuh berjamaah, pada rakaat pertama, setelah membaca Al-Fatihah, imam akan melanjutkan dengan surat yang cukup panjang, yaitu Surat As-Sajdah. Di bagian tengah surat ini terdapat ayat sajdah, yakni ayat yang memerintahkan untuk bersujud. Maka ketika imam membaca ayat tersebut, seluruh jamaah pun ikut melakukan sujud tilawah, lalu bangkit kembali dan melanjutkan bacaan surat hingga selesai. Pada rakaat kedua, imam membaca Surat Al-Insan, yang sedikit lebih pendek dari surat pertama. Kedua surat ini tergolong panjang dan membutuhkan hafalan yang baik dari sang imam. Namun, untuk memudahkan, hampir di setiap masjid atau langgar telah dipasang dua poster berisi teks Surat As-Sajdah dan Surat Al-Insan tepat di depan tempat imam berdiri. Dengan demikian, imam bisa membacanya langsung dari poster tersebut selama sholat berlangsung. Kebiasaan ini su...

Membaca pikiran

-(Kamis, 7 Agustus 2025)- Dalam film Fantastic Beasts and Where to Find Them, ada seorang penyihir perempuan cantik berambut pirang bernama Queenie Goldstein. Ia memiliki kemampuan membaca pikiran orang lain. Dengan mudah, ia bisa memahami apa yang ada di benak seseorang—dan karenanya, dapat memanipulasi mereka dengan halus. Di dunia nyata, kita kadang juga menjumpai seseorang yang tampak begitu fasih menjelaskan isi pikiran orang lain hanya berdasarkan apa yang ia lihat. Saya tidak tahu apakah ia benar-benar memiliki “kemampuan sihir” seperti tokoh dalam film di atas, atau itu sekadar asumsi dan praduga belaka. Namun yang mengkhawatirkan adalah ketika sebagian orang mempercayainya sebagai fakta. Yang menjadi lebih menarik adalah ketika “analisis” tersebut digunakan untuk memenangkan satu pihak dan menjatuhkan pihak lainnya. Tampaknya, inilah yang sedang kita saksikan bersama akhir-akhir ini. Seharusnya, analisis dibangun berdasarkan data. Namun, yang terjadi justru: ada lompatan logik...

Dendam manusia

-(Rabu, 6 Agustus 2025)- Ada banyak film yang menceritakan tentang aksi balas dendam seseorang terhadap pihak lain yang dulu pernah melukainya—baik luka fisik maupun luka batin—di masa lalu. Motifnya bisa bermacam-macam: karena dirinya sendiri yang menjadi korban, atau karena anggota keluarga yang disakiti, dihina, bahkan dihilangkan. Betapa banyaknya film-film bertema balas dendam ini membuat saya bertanya-tanya: apakah memang kita, manusia, menyenangi aksi-aksi semacam itu? Apakah ada bagian dari diri kita yang merasa puas ketika melihat sebuah pembalasan terjadi atas kejahatan atau ketidakadilan di masa lalu? Namun, mungkin bukan aksi balas dendam itu sendiri yang memuaskan, melainkan ide di baliknya: penegakan keadilan. Barangkali, yang sesungguhnya menggugah hati kita adalah ketika keadilan akhirnya ditegakkan, ketika yang tertindas mendapatkan kembali martabatnya, ketika pelaku kejahatan mendapatkan ganjarannya. Manusia, sejak lahir, membawa fitrah: sebuah naluri untuk membedakan...

Fokus napas

-(Selasa, 5 Agustus 2025)- Pernahkah Anda melatih hal ini: duduk diam selama 1–3 menit, hanya fokus pada napas masuk dan napas keluar? Ketika pikiran mulai melayang, Anda cukup mengembalikannya dengan lembut pada napas—tanpa menghakimi, tanpa merasa gagal. Latihan sederhana ini adalah pintu gerbang menuju kesadaran diri, atau yang dalam praktik kontemplatif dan psikologi modern dikenal sebagai mindfulness. Bagi para pemula, ini adalah dasar yang selalu diajarkan: hadir sepenuhnya di saat ini melalui pernapasan. Mengapa napas? Karena napas adalah satu-satunya proses fisiologis yang bisa berlangsung otomatis, namun juga bisa kita kendalikan secara sadar. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, menyadari napas menjadi cara paling mudah dan alami untuk kembali “mendarat” pada saat ini—pada hidup yang sedang berlangsung. Dari kesadaran ini, muncul rasa syukur. Syukur bahwa hari ini kita masih bisa bernapas. Dan itu saja sebenarnya cukup untuk menyadari betapa ajaibnya hidup ini. N...

Menundukan nafsu

-(Senin, 4 Agustus 2025)- Dalam sebuah film berjudul Southpaw (2015), kisah tragis seorang petinju bernama Billy Hope menggambarkan betapa rapuhnya hidup ketika nafsu dan ego tidak dikendalikan. Billy adalah seorang juara tinju dunia yang dikenal dengan gaya bertarungnya yang agresif dan emosional. Di balik sorotan gemerlap ring tinju, ia adalah seorang suami dan ayah yang sangat mencintai keluarganya. Namun, suatu hari, dalam sebuah acara publik, seorang petinju muda yang sombong memprovokasi Billy dengan menghina istri dan anaknya. Tak mampu menahan amarah dan harga dirinya yang terusik, Billy terprovokasi dan mencoba menghajarnya meskipun sang istri sudah memintanya untuk menahan diri. Keributan pun tak terelakkan. Dalam kekacauan itu, salah seorang pengawal lawannya membawa senjata api dan tanpa sengaja menembak sang istri, hingga tewas di tempat. Kejadian tersebut menjadi titik balik yang menghancurkan hidup Billy. Ia larut dalam kesedihan dan mulai hidup dalam mabuk-mabukan. Tak ...

Melupakan

-(Minggu, 3 Agustus 2025)- Bagaimanapun kehidupan manusia—bagaimana ia menjalani kesehariannya, bagaimana ia menatap masa depan—semuanya tak pernah lepas dari masa lalu yang telah ia jalani. Dan itu semua dimungkinkan karena manusia menyimpan ingatan, merekam memori, lalu mengubahnya menjadi kenangan, pengalaman, dan pembelajaran hidup. Namun, bagaimana jika karena suatu hal, seseorang melupakan semua kenangan dan ingatan masa lalunya? Banyak film telah mengangkat kisah seperti itu. Dalam serial X-Men, misalnya, ada tokoh Wolverine—mutan yang dari tangannya muncul kuku logam adamantium—yang hidup tanpa kenangan masa lalunya. Ia kuat, namun kehilangan arah karena tak tahu siapa dirinya. Atau dalam film The Notebook, kita melihat kisah cinta yang menyentuh, tentang sepasang kekasih di masa tua, ketika sang wanita perlahan kehilangan ingatan tentang suaminya sendiri. Memang, dalam film, amnesia sering digambarkan sebagai akibat dari kecelakaan atau kondisi medis. Tapi dalam kehidupan nyat...

Persimpangan sunyi

-(Sabtu, 2 Agustus 2025)- Selamat datang Agustus. Bulan di mana harapan itu tiba pada persimpangan jalan. Lurus menuju pulang. Ke kanan ke arah jeda. Ke kiri mendekatkan pada permainan. Kadang ada yang masih gamang, lalu menengok ke belakang, meratapi nasib sambil mengumpati masa lalu—seperti memarahi bayangan sendiri yang tak pernah benar-benar pergi. Agustus. Kita tak akan pernah tahu apa yang ada pada jalan yang lurus itu, ke kanan itu, ke kiri itu. Meski telah menetapkan tujuan, apa yang kita temui adakalanya tak persis apa yang kita kehendaki. Peta sudah di tangan, tapi jalan justru melipat dirinya sendiri. Maka rasa kecewa menjadi kondisi yang mesti dimitigasi—seperti asap yang tidak bisa diusir, hanya diajak berdamai. Agustus. Di persimpangan itu kadang kita hanya bisa diam. Kebingungan dengan empat pilihan yang semua tampak seperti ilusi optik. Lalu kita bertanya pada hati sanubari, yang kadang berbisik lirih, kadang hanya bergumam seperti radio tua. Hendak kemana langkah ini a...

Zikir panjang

-(Jumat, 1 Agustus 2025)- Soal duduk berzikir, barangkali tak ada yang bisa mengalahkan orang-orang di sini. Saya sudah melakukan survei ke beberapa masjid, dan begini faktanya. Setiap selesai sholat Maghrib dan Subuh, para jamaah, dipimpin oleh imam, mengucapkan zikir, wirid, dan doa yang panjang—bahkan bisa mencapai setengah jam. Untuk selain dua sholat itu, bacaan yang dilafalkan lebih pendek. Namun, yang lebih fantastis lagi adalah adanya bacaan zikir dan wirid sebelum sholat Subuh. Ini dilantunkan setelah azan dan sholat sunah qobliyah Subuh oleh orang yang sebelumnya menjadi muazin, atau bisa juga oleh orang lain. Jamaah pun mengikuti bacaan tersebut dengan suara lirih. Durasi zikir ini pun cukup panjang—bisa sampai setengah jam. Barangkali zikir sebelum Subuh ini juga dimaksudkan untuk mengisi waktu sambil menunggu para jamaah berdatangan. Artinya, setiap Subuh ada dua sesi zikir dan wirid: satu sebelum, dan satu sesudah sholat Subuh. Tentu saya tidak sedang membahas perbedaan p...