Sawo, Nostalgia dan Imunitas

 --- (Ditulis tanggal 15 Agustus 2021) ---


"Ia manis, kulitnya sawo matang." Begitu orang mendiskripsikan warna kulit seseorang dengan warna buah sawo. Tujuannya: agar mudah memberikan gambaran tentang ciri-ciri seseorang pada orang lain.

Saya tidak sedang membicarakan soal warna kulit. Yang belakangan ini, kulit tangan saya berubah menjadi gosong, karena mandi sinar matahari untuk menyerap vitamin D, yang katanya untuk memperkuat imunitas. Entah apalagi setelah susu itu, air kelapa muda itu, daun kelor itu, bahagia itu, dan lain-lain itu, yang akan viral dan diburu orang untuk menjaga diri dari pandemi.
Jadi, bukan tentang warna kulit, tapi mengenai buah sawo. Yang hari-hari ini adalah musim panen buah sawo. Yang dulu saat saya masih belia, berlomba dengan teman sebaya, "luru" buah sawo di halaman mesjid.
Karena jatuh dari pohonnya, buah sawo yang kami ambil itu kadang sudah tidak utuh lagi. Malah sudah ada bekas gigitan codot semalam. Yang justru bekas codot itu adalah sawo yang enak dan manis. Tentu kami buang bekas gigitan dan kami cuci lebih dulu sebelum kami makan sawo itu.
Di dalam buah sawo ada biji sawo berwarna hitam yang disebut kecik. Kami kumpulkan kecik-kecik itu untuk bahan permainan. Seperti adu kecik. Kecik milik si kalah, diambil oleh si menang. Atau buat main dakon.
Dulu, hanya sedikit yang punya pohon sawo. Itu di dusun saya. Entah mengapa? Mungkin karena kesadaran menanam pohon buah-buahan belum seperti sekarang.
Bagaimanapun semua itu adalah kenangan. Yang dulu kami makan sawo bekas codot, tidak pernah jijik atau tertular penyakit. Yang dulu rasa sawo itu, enaknya bukan main. Yang dulu saat kami main kecik, penuh keriuhan kemenangan diselingi ungkapan kejengkelan yang kalah.
Begitulah. Semua itu kemudian menjadi sebab, mengapa saya suka dengan sawo. Bukan karena buah sawo itu sendiri faktor utamanya, tapi ada nostalgia dibalik sawo itu.
Sebagaimana dulu sebelum pandemi, rumah makan di Jogja bernuansa jadul itu, ramai dikunjungi. Bukan tentang makanannya, tapi suasana, makanan dan benda disana mampu membawa kita bernostalgia.
Memang, manusia menyukai kenangan atau nostalgia. Karena katanya, nostalgia adalah perasaan hangat, nyaman, yang kita rasakan sewaktu kita memikirkan tentang kenangan-kenangan indah dari masa lalu. Itu kata Erica Hepper, dosen di School of Psychology, Universitas Surrey. Yang nostalgia itu bisa dipicu oleh berbagai hal: aroma, wangi, lagu, makanan, hingga foto. Termasuk sawo.
Karena nostalgia mampu menghadirkan perasaan hangat dan nyaman, yang merupakan esensi bahagia, dan karena bahagia menjadi salah satu cara untuk menjaga imunitas, maka bisa jadi nostalgia adalah salah satu tips untuk melawan pandemi.
Jadi kesimpulannya adalah sawo bermanfaat untuk meningkatkan imunitas. Lagi pula, mengutip hellosehatdotcom, buah sawo tinggi kandungan vitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin C di dalam sawo juga memiliki manfaat untuk perkembangan tulang dan penyerapan zat besi.
Semoga ini menjadi viral dan sawo-sawo itu laris terjual. Hidup petani sawo!

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi