Bermutasi

 - (Ditulis tanggal 20 April 2024) -

Satu per satu pergi. Menuju tempat baru. Untuk suatu tugas baru. Dengan lingkungan baru. Dengan kondisi sosial dan alam yang baru. Pimpinan baru, bawahan baru, peer baru. Bahkan jenis makanan yang baru. 

Semua terus bergerak. Semuanya berubah. Bermutasi. Tak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri. Begitu bunyi satu ungkapan. Yang sudah semua memahami. 

Tentu harapannya adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Seperti kalimat bijak ini. Barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka itulah orang yang beruntung. Hari ini sama dengan kemarin, itulah orang yang merugi. Hari ini lebih buruk dari kemarin, maka itulah orang yang celaka. 

Meski kalimat bijak itu diyakini dalam konteks ibadah atau amalan, tapi barangkali bisa direfleksikan dalam nasib yang dialami manusia. 

Lalu, kita bisa menilai sendiri apa yang terjadi hari ini. Atas semua yang kita alami. Yang bermuara pada kesimpulan: beruntung, merugi atau celaka. 

Hanya saja, kita kerap terjebak pada penilaian yang subyektif. Karena satu sudut pandang, apa yang disebut sawang sinawang. Kerap, manusia melihat nasib orang lain selalu lebih baik, karena selalu melihat ke atas. Kenyataannya, tidak ada kebahagiaan yang sempurna. 

Penilaian subyektif juga sering terjadi karena suatu yang emosional. Pada waktu awal informasi diterima. Yang bahkan, masa depan itu belum dialaminya. Yang dengan kemampuan otaknya, sudah membayangkan hal-hal yang buruk, atau kalkulasi untung rugi nilai saat ini. 

Padahal, who knows? Tak ada yang tahu apa yang terjadi di masa depan. Manusia hanya berencana. Takdir bisa jadi beda. 

Hanya saja, kita paham hukum sebab akibat. Yang dari satu sebab kecil, ternyata berdampak besar. Itu yang disebut butterfly effect. Yang setiap orang hampir pasti mengalaminya. Sebab-sebab kecil dalam kehidupan seseorang ternyata memberikan perubahan besar dalam kehidupannya. Apakah itu karir, jodoh atau rejekinya. 

Begitulah.  Hampir pasti, setiap perpindahan akan membentuk sebuah cerita baru dalam kehidupan seseorang. Yang semoga akan membawa makna baru dalam hidupnya. 

Karena, betapapun, hidup yang tidak bermakna adalah hidup yang tak layak untuk dijalani.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi