Will to Power
- (Ditulis tanggal 14 Oktober 2023) -
Apa yang menjadi pemikiran Nietzsche menemukan kebenarannya. Will to power. Alias kehendak untuk berkuasa. Inilah yang mendasari gerak hidup manusia. Rumusan ini ditulis oleh Martin Heidegger, setelah mempelajari tulisan-tulisan Nietzsche.
Pun pada arena yang berbeda. Dikatakan Heidegger: konsep pemikiran para filsuf mulai dari Socrates, Platon, Aristoteles, Kant, Hegel, dll, sejatinya bermula dari will to power. Ketika kita punya ide, gagasan, konsep, maka biasanya kita berjuang agar ide dan konsep itu bisa dijalankan. Pada banyak forum, kita bisa saksikan orang berdebat untuk memenangkan pendapatnya.
Dalam konteks ini, power agar dimaknai tidak sebatas sebuah kekuasaan atau jabatan. Tapi, bisa berarti dominasi, hegemoni, pengaruh, keteladanan, status, dan juga gagasan tadi.
Bahkan sebuah nasihat, saran, rekomendasi pada dasarnya lahir dari will to power. Pasalnya, dibalik itu selalu ada motif agar semua itu dilakukan. Untuk suatu tujuan yang dikehendaki oleh si pemberi saran atau rekomendasi.
Pada contoh lainnya, seperti bekerja, jika dikuliti, yang nampak ternyata juga kehendak untuk berkuasa. Dengan bekerja, kita mendapatkan uang. Dan dengan uang itu, kita punya kuasa untuk memenuhi kebutuhan kita. Malah, dengan uang atau harta yang banyak, seseorang kemudian akan memiliki apa yang disebut kapital ekonomi. Yang dengannya, manusia bisa berkuasa atas orang lain.
Sebagai sebuah metafisika, kita tidak sedang menilai will to power ini, apakah itu baik atau buruk. Karena ia netral. Tergantung apa yang dilakukan manusia ketika sudah memperoleh power.
Bila itu ditujukan untuk kebaikan, cita-cita mulia, kita bisa mengatakan itu sah-sah saja. Begitu sebaliknya.