Pohon Kredit Karbon

 - (Ditulis tanggal 8 Oktober 2023) -


Kini saya paham. Apa yang mereka rasakan. Yang rasa itu saya alami dan menjadi sebuah pengalaman. Yang acapkali pengalaman ini bisa mengalahkan nalar pikiran.
Atau mungkin dibalik alurnya. Ketika kita memperoleh penjelasan yang masuk akal, belum tentu itu mampu mengubah paradigma kita. Butuh sebuah rasa batin yang dialami sendiri. Yang dengan pengalaman rasa itu, apalagi yang sangat dalam, menjadi sebuah pijakan untuk suatu perubahan mindset.
Maka, senyawa antara pemikiran yang rasional dan suatu pengalaman batin, merupakan metafisika yang mampu membuat sebuah titik balik pada seseorang.
Begini kongkretnya.
Selepas joging kurang lebih 30 menit tanpa jeda dan senam peregangan, dibawah pohon rindang itu saya terusik dengan suara-suara kicauan burung. Dalam posisi berdiri dan mendongak ke atas pohon, saya memfokuskan diri untuk mendengarkan suara-suara itu. Suara burung-burung bersahutan dan mungkin juga suara dari hewan lainnya.
Sambil telinga terus fokus pada suara alam itu, saya melihat seekor tupai yang berlarian di dahan dan ranting pohon. Mungkin dia sedang mencari sarapan. Saya berusaha mengamati tupai itu. Yang dengan kemampuannya bergerak cepat, lalu menghilang berpindah ke pohon lainnya dan tak lagi terlihat oleh mata saya.
Silih berganti pendengaran dan penglihatan yang fokus itu, ternyata membuat seolah ada sesuatu yang merambat dalam relung-relung batin. Ada rasa damai dan hening dalam pikiran. Pikiran yang terus bergerak dari satu hal ke hal lain, yang seperti seekor monyet itu, seolah berhenti. Yang ketika itu berhenti, sungguh sebuah rasa tenteram menyelimuti.
Andai saja ada tempat untuk duduk bersila, rasanya ingin terus menikmati suasana itu.
Barangkali, seorang tokoh dunia yang bermeditasi dibawah pohon besar itu, yang menemukan kedamaian, salah satunya karena fokus pada suara alam. Yang mungkin saja di pohon besar itu, ada banyak burung dan binatang.
Pohon besar. Inilah yang menjadi sentral. Menjadi habitat. Dari para burung dan binatang. Menjadi rumah mereka dan tempat mereka mencari makanan. Sebab pohon besar juga menjadi tempat rantai makanan. Dan juga memproduksi udara segar.
Dalam film Avatar, digambarkan sebuah pohon besar menjadi rumah dan tempat berkumpul para penghuni planet pandora. Dan ketika pohon besar itu dirobohkan, betapa mereka marah dan merasa sangat kehilangan. Karena hak mereka telah dirampas.
Apa yang ada dalam film avatar itu, senyatanya juga terjadi di bumi. Bahwa kemudian kini manusia mengalami dampak perubahan iklim, telah disadari karena ulah mereka sendiri.
Meski terlambat, negara-negara dunia telah bersepakat. Untuk menyelamatkan bumi. Dengan kembali menghidupkan hutan. Membuat mekanisme yang memaksa negara dan swasta untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Maka tersebutlah apa yang disebut perdagangan karbon.
Ketika satu perusahaan menghasilkan emisi karbon melebihi ambang batas yang telah ditentukan, maka perusahaan ini diwajibkan membayar denda. Dengan cara membeli satu sertifikat kredit karbon dari entitas lain yang mengelola hutan. Dimana sesuai nature-nya, hutan ini mampu menyerap karbon dan kembali menghasilkan oksigen.
Yang kemudian entitas pengelola hutan ini disebut sebagai penghasil kredit karbon. Melalui suatu penilaian yang terstandar, nilai kredit karbon itu ditetapkan dengan satu sertifikat. Yang kemudian sertifikat itu bisa diperdagangkan melalui bursa karbon. Dan negara kita telah resmi memiliki bursa karbon sendiri.

Selama ini, agar hutan menghasilkan nilai ekonomis, ditempuhlah cara: ditebang kayunya, atau digali mineral pada lahan hutan. Yang tentu saja mengikis areal hutan.
Melalui konsep perdagangan karbon, maka dengan cukup memeliharanya, dengan cukup membiarkan pohon-pohon besar itu terus hidup lestari, suatu hutan telah mampu menghasilkan nilai ekonomis. Yaitu dari kemampuannya menyerap karbon.
Sudah barang tentu, perdagangan karbon dan isu ekonomi hijau itu menjadi peluang. Apalagi bagi daerah-daerah dengan areal hutan yang masih luas. Yang perlu dipikirkan adalah agar bagaimana perdagangan karbon ini juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan. Pun dalam konteks ini, peran masyarakat sekitar menjadi penting untuk turut menjaga kelestarian hutan.
Perpaduan kebijakan perhutanan sosial dan penggunaan dana desa untuk kelestarian hutan, khususnya bagi desa-desa di sekitar hutan, barangkali bisa menjadi solusi.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi