Mudik

 - (Ditulis tanggal 16 April 2022) - 

Mudik adalah tentang kenangan. Dan kita kerap merindukan kenangan masa kecil kita di kampung halaman. Lalu, dengan bersemangat kita menuturkan cerita-cerita silam pada anak-anak kita. Tentang bagaimana kita bermain tanah liat, bermain kelereng, bermain betengan, bermain ketapel, bermain petak umpet, bermain engkling, bermain layangan, adu wayang, adu karet, adu jangkrik, adu kecik dan segala jenis permainan lampau yang sekarang tak lagi dimainkan oleh anak-anak kita. 

Atau tak hanya soal permainan, bahkan rasanya dengan sangat antusias kita menceritakan pengalaman masa kecil kita dulu mengaji di mesjid dengan lampu minyak tanah atau petromak, yang kita pulang dari mesjid membawa oncor untuk menerangi jalan ketika harus melewati jalan setapak di kebonan. Atau bagaimana pengalaman sholat tarawih kita dulu yang 20 rakaat ditambah 3 rakaat, yang rasanya lamaaaa sekali, dan kita sabar mengikuti karena setelah itu kita akan mendapat pembagian jlaburan atau puluran. 

Dan mungkin masih banyak lagi, cerita-cerita silam yang rasanya sekarang indah untuk dikenang dan diceritakan pada anak-anak kita. Yang kemudian, anak-anak kita meresponnya dengan ketidakpahaman karena mereka tak lagi mengalaminya dan sudah asing bagi mereka. Jaman yang tak lagi mereka alami, sebagaimana kita juga tak paham sepenuhnya akan kisah-kisah orang tua kita di masa penjajahan belanda, jepang, dan perang kemerdekaan dulu. 

Mudik adalah juga tentang reuni. Bertemu dengan teman-teman sebaya kita dulu dan bersama-sama mengenang peristiwa silam yang kita juga ceritakan pada anak-anak kita. Bahkan mungkin, mudik adalah saat yang pas kita memainkan kembali permainan seperti betengan atau sekongan dengan teman-teman kita di kampung, disaksikan oleh anak-anak kita. Yang ini bisa menjadi konten youtube atau medsos lainnya. 

Apalagi setelah wabah itu menyerang, sudah 2 tahun ini, kita tak bisa berlebaran di kampung halaman. Maka, sudah bisa dibayangkan betapa akan meriahnya acara mudik tahun ini. Ditambah lagi dengan cuti bersama dan liburan idul fitri tahun ini yang "sip tenan" bahkan ada yang bilang tak perlu lagi menambah cuti tahunan. 

Berdasarkan survei yang dilakukan, Kemenhub memprediksi jumlah pemudik tahun ini mencapai 79,4 juta orang. Artinya, jumlah pemudik tahun ini akan meningkat signifikan. 

Begitulah. Mudik lebaran adalah tradisi yang bahkan menjadi motivasi untuk semakin bersemangat mencari rejeki. Yang kemudian, rejeki itu kita bagi-bagi dalam wujud "sangu" atau "fitrah" atau "angpao" untuk sanak famili. Yang kemudian kebutuhan akan uang baru meningkat. Yang di kantor-kantor, dikoordinir penukaran yang baru itu. Berbagi rejeki tak hanya uang baru, bahkan ada yang berbagi bingkisan untuk kakek nenek, pakde bude, paklek bulek dan para tetangga lainnya termasuk guru-guru kita. 

Lantas, apakah kita sudah merencanakan mudik lebaran tahun ini? Tentu. Kita bahkan sudah sibuk dengan baju baru lebaran. Lihatlah toko-toko baju sudah mulai disesaki. Biskuit dan berbagai kue lebaran juga sudah kita pesan. Kita pun sudah ribut di grup-grup whatsapp untuk rencana kumpul keluarga besar, reuni sekolah atau reuni angkatan. 

Rencana mudik memang mesti dipersiapkan. Setidaknya memilih waktu mudik agar tidak terjebak kemacetan. Mudik lebih awal barangkali bisa menjadi pilihan. Tentu bagi yang berkesempatan. Seperti yang kami lakukan. Di wiken ini. Mudik prelimenary :)

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi